Jumat, 06 Mei 2011

Aku Sadar Impian Ini Tak Akan Berlaku Selamanya

20 tahun lalu, Ibu sedang sakit payah. Sekejap lagi, sebelum azan asar berkumandang, ibu memanggil emaknya, berpesan agar emaknya dan ayah menolong menjaga anak-anaknya yang sedang tidur di depan mata. Selesai ibu minta ampun dari mak, berkirim salam untuk suami tercinta, ibu letakkan kedua tangannya di atas perut, lalu mengucapkan kalimah syahadah sebelum menutup mata buat selama-lamanya dengan kepergian yang diiringi azan.
***
Kau beritahu aku kenapa aku tak boleh merinduinya sedangkan malam itu aku melihat sendiri ibu terbujur kaku, diyasinkan, dimandikan, dikafankan, disholatkan, dan ditanamkan keesokan harinya dengan iringan tangisan?
Abang yang sungguh-sungguh maukan kafan ibu dibuka supaya ibu akan bangun dan hidup lagi, mengampunkan dosa-dosanya, berjanji taat dan tidak melawan kata-kata ibu dan akan menolong ibu mencuci piring, menjemur pakaian dan menjaga adik-adik setiap kali pulang dari sekolah. Aku tak terfikir ibu tak akan kembali. Benar aku tahu ibu sudah mati, tetapi apalah yang mampu aku panjangkan lagi fikiran ini sebagai kanak-kanak perempuan 5 tahun ketika itu? Hanya setelah menginjak ke alam remaja baru aku sadar ibu memang sudah tidak ada lagi dalam dunia ini untuk diajak bersama bersuka ria mendapat kelulusan dalam ujian, sakit perih hidup sendiri tanpa bimbingan dan perhatian dan limpahan kasih ibu tersayang. Tapi tangisan ini sudah sangat terlewat. Ibu sudah pergi. Ibu tak akan kembali lagi ke dunia ini. Dan entah bila kami sekeluarga akan berjumpa, memang aku sadar impian ini selama-lamanya tak akan pernah berlaku.
Ya Allah, Kau ampunkanlah dosa ibuku. Cinta mendalam terhadap bunda hanya bisa dimengertikan dalam jiwa insan setelah dia dipanggilNya..lara hati usah dibicara, do’a untuknya harus senantiasa dilidah agar bunda tersenyum dikamar abadi merasakan betapa kasih anak-anak terhadapnya meskipun telah pergi…
***
Selagi Ibu ada… jangan sia-siakan masa yang ada. Karena menangis di pintu kubur adalah masa yang telah terlewat.
mutiara amaly

0 komentar:

Posting Komentar